Senin, 27 September 2010

Cara membaca puisi dengan indah


  •    Penampilan pembacaan puisi
Seorang pembaca puisi harus memperhatikan 3 hal, yaitu masalah kejiwaan, hal masalah verbal, dan masalah nonverbal. Ketiga hal tersebut hadir bersama-sama ketika pembacaan puisi berlangsung. Masalah kejiwaan terlihat pada kesan pertama saat seorang pembaca puisi naik ke panggung atau menuju depan kelas. Apakah ia terlihat tenang, meyakinkan, gugup, takut-takut, atau malu-malu? Seorang pembaca puisi harus siap mental. Agar siap mental, sebelum menuju depan kelas harus berkonsentrasi terlebih dahulu. Masalah verbal meliputi irama, volume suara, dan artikulasi. Irama atau intonasi menyangkut persoalan tekanan dinamik yaitu keras lembutnya suara, tekanan tempo yaitu cepat lambatnya ucapan, tekanan nada, yaitu menyangkut tinggi rendahnya, serta modulasi yang meliputi perubahan bunyi suara(nada marah, kesakitan, kesedihan, dan lain-lain). Ketepatan irama sangat bergantung  kepada ketepatan penafsiran atas puisi yang akan dibaca.
Masalah volume suara juga sangat penting diperhatikan dalam baca puisi. dalam baca puisi harus diperhatikan agar suara yang dihasilkan mampu mengatasi suara penonton dan menyesuaikan dengan situasi ruangan.
Masalah nonverbal meliputi mimik dan pantomimik(kinestik). Mimik merupakan gerak wajah, misalnya gerakan mata atau gerakan bibir. Pantomimik(kinestik) merupakan gerakan anggota tubuh yang lain, misalnya gerakan tangan, anggukan kepala, dan lain-lain. Gerakan mimik dan pantomimik harus proporsional dan wajar. 
  •   Memahami isi puisi
Sebelum melakukan kegiatan baca puisi di depan kelas, puisi yang akan ditampilkan harus dipahami dan dujiwai isinya. Dengan penafsiran isi puisi yang baik dan benar kamu akan mampu membawakan puisi tersebut dengan baik di depan kelas. Pemahaman isi puisi dapat dilakukan dengan memahami judul, memahami kata demi kata , baris demi baris, bait demi bait, dan pada akhirnya memahami secara keseluruhan isi puisi tersebut.
               Contoh puisi tersebut :

Berita kepada kawan

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan
Sayang  engkau tak duduk di sampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Ditanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hatiku bergetar menampak kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa?
Bapak ibunya telah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya dilaut kutanyakan semuanya
Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit
Barangkali disana ada jawabnya
Mengapa ditanahku terjadi bencana

Mungkin tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga ddengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
                                                                                                                           
 Ebiet G. Ade

                                                              
sumber : Ensiklopedia pengetahuan, Tiga Serangkai

Minggu, 26 September 2010

Unsur-unsur Puisi

            Bahasa puisi berbeda dengan bahasa prosa atau karangan pada umumnya. Ada beberapa usur yang terdapat dalam puisi. Unsur-unsur tersebut antara lain sebagai berikut:
  •   Bunyi
1)   Asonansi/aliterasi
Asonansi adalah persamaan bunyi vokal pada setiap akhir kata.
Contoh : menemu udara dari lembah utara.
Alierasi adalah persamaan konsonan pada setiap akhir kata.
Contoh : berkata benar itu ibadah karena lidah punya Allah
2)   Rima awal/akhir adalah persamaan bunyi atau persajakan di awal atau di akhir kata contoh :
Rima  awal : memulai, memulas
Rima akhir : inilah,marilah
3)   Persajakan horizontal/vertikal
Persajakan horizontal adalah persamaan bunyi dalam larik satu baris.
Persajakan vertikal adalah persamaan bunyi dalam larik atau baris yang berbeda

  •   Pilihan kata
1)   Pengimajian yaitu pencitraan untuk mengkonkretkan gambaran ide, gagasan dan pkiran melalui pengindraan.
2)   Kata konkret yaitu kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan lukisan keadaan atau  suasana batin dengan maksud membangkitkan imaji pembaca.
  •   Pembaitan (bait-bait), yaitu menyusun larik-larik dalam bait-bait sesuai dengan makna yang dikandung setiap bait
  •   Pelarikan (larik-larik) yaitu menyusun kata-kata dalam larik-larik
  •   Tipografi yaitu bahasa puisi yang ditulis dalam bentuk-bentuk bait atau bentuk-bentuk lain yang unik yang membadakan antara bentuk puisi dengan bentuk karya sastra yang lain.
  •   Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi, misalnya perasaan haru,sedih,bahagia,bersemangat dan lain-lain.
  •   Nada, yaitu sikap penyair kepada pembacanya, misalnya menggurui, menasehati,    mengejek, atau menyindir.
  •   Makna, yaitu maksud keseluruhan puisi yang di bangun oleh kata-kaata, larik-larik dan bait-bait.

Sabtu, 25 September 2010

Fungsi Bahasa Sebagai Alat Komunikasi

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia , Bahasa juga merupakan alat ekspresi diri sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya.


Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati.

Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita.

Bangsa Indonesia memiliki bahasa yang disebut bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi tersebut. Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang dimodifikasi lalu dicampur dengan bahasa-bahasa serapan dari berbagai daerah dan dari bahasa asing yang kemudian dibakukan. Sedangkan bahasa melayu sendiri berakar dari bahasa Austronesia yang muncul sekitar 6.000-10.000 tahun lalu. Bahasa Indonesia diresmikan menjadi bahasa negara dan menjadi bahasa persatuan dari sekian ratus bahasa daerah pada tanggal 28 Oktober 1928.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai bahasa resmi negara, bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, alat perhubungan pada tingkat nasional bagi kepentingan menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan, dan alat pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, seni, serta teknologi modern. Fungsi-fungsi ini tentu saja harus dijalankan secara tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.